Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Nicolas Carter menyebut Indonesia bisa menjadi satu-satunya negara di ASEAN yang memiliki ekosistem baterai kendaraan listrik terbesar.
Selain itu, dia juga optimis Indonesia memiliki peluang menjadi produsen utama dunia untuk kendaraan listrik.
Baca Juga
"Nah, kalau untuk kesempatan ini tentunya kita tidak mungkin langsung mengambil alih. Tetapi paling tidak dengan Indonesia bisa menjadi salah satu negara di ASEAN yang memiliki EV baterai ekosistem, karena kita bukannya hanya hulu sampai hilir, tapi recycle baterai pun akan menjadi ikut di dalam memiliki saham di situ. Kesempatan kita besar tapi bukan hanya nikel base baterai saja tapi juga ada pemakaian lain," kata Nicolas Carter saat melakukan kunjungan ke EMTEK, Jakarta, Jumat (27/1/2023).
Advertisement
Sebagai pemilik 23 persen cadangan nikel dunia, Indonesia sudah sepantasnya menjadi produsen EV baterai. Hal ini akan menjadi suatu warisan 'legacy' yang baik ke depannya. Oleh karena itu, Indonesia harus memiliki ekosistem EV baterainya.
"Selain kita bisa mensuplai untuk bahan baku, baterai berbasis nikel ini tentunya kita harus menjadi playernya. Kalau dilihat dari the wholesale EV baterai ini semuanya itu akan berubah karena Green energy sehingga EV baterai Cars ini akan menguasai dunia nantinya," ujarnya.
Disamping itu, dia melihat dalam mengembangkan ekosistem EV ini masih terdapat tantangan, utamanya terkait regulasi dari Pemerintah.
Â
Tantangan
Menurutnya, regulasi mengenai kendaraan listrik seperti industri baterai ini harus lebih diperkuat, agar produsen bisa bersaing secara global.
"Jadi, kami melihat di ekosistem ini yang menjadi tantangan tentunya pertama regulasi dari pemerintah karena ini adalah suatu challenge yang cukup panjang dan juga regulasi ini penting sekali agar supaya kita bisa bersaing nanti di end produknya," ungkapnya.
Sementara itu, bos Antam ini juga menilai standarisasi konsumen di sektor EV baterai ini belum terlihat dengan jelas. Nicolas menyebut EV baterai ini sifatnya customer niche, yakni pemasar yang menyasar kelompok ini harus sangat fokus terhadap suatu jenis produk atau layanan tertentu.
"Karena baterai sales ini sangat-sangat customer Niche-nya tertentu. Jadi, belum bisa kita lihat standarisasinya ini akan menjadi tantangan," pungkasnya.
Advertisement
Boy Thohir Sebut Hilirisasi Bakal Bawa Indonesia Jadi Pemimpin di Industri Baterai Kendaraan Listrik
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tengah mengembangkan proyek hilirisasi di Kalimantan Utara (Kaltara).
Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir mengatakan, proyek tersebut dinilai akan menjadi satu proyek terbesar di Indonesia. Bahkan, pemerintah juga turut mendukung proyek tersebut.
"Proyek yang kita kembangkan di Kalimantan Utara, saya melihat Jokowi itu support, mendrive, mendatangi, mengecek, mengontrol, sehingga proyek ini kita bisa dijalankan dan execute dengan baik, ini akan menjadi satu project terbesar di Indonesia," kata Garibaldi Thohir yang akrab disapa Boy Thohir, dalam konferensi pers, Kamis (26/1/2023).
Pria yang akrab disapa Boy Thohir ini mengatakan, selama dekade ini, Adaro sudah ada komitmen dan mulai melakukan pengerjaan di lapangan senilai USD 135 miliar.
"Jadi bisa membayangkan bahwa impact yang akan terjadi terhadap makro ekonomi indonesia dari proyek ini saja akan besar sekali," kata dia.
Menurut ia, pihaknya mendapatkan dukungan luar biasa di bawah visi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) terkait hilirisasi.
"Hilirisasi yang mana kita tidak menyadari hilirisasi akan membawa kita menjadi sustainable dan tentunya akan menjadi negara yang leading di industri baterai dan tadi dengan stir nya tidak dipandang lagi dengan fosil," ujar dia.
Sementara itu, dari baterai tersebut akan di daur ulang dan itu nantinya mobil-mobil itu akan menjadi kendaraan listrik (EV) dan disetir baterai.
"Baterai is like a view, baterai itu menjadi energi, itulah menurut saya istilahnya support yang besar dari pemerintah dan ke depan juga pemerintah punya road map yang jelas secara besar-besaran untuk investasi di energi baru terbarukan (renewable energy)," katanya.